Bau-Bau Wajib Berbenah ?

|


Oleh : Aslan S.Ked*
Bau-bau hendak menawarkan apa bagi wisatawan asing atau domestik yang bertandang ke daerah ini? Benteng keraton Buton, Pantai Nirwana atau apa? Kita hendak bertanya, bahwa niat untuk menarik kunjungan turis, bukan sesuatu
yang serta merta akan mendongkrak angka kunjungan. Niat saja jelas tak cukup, setidaknya ada sejumlah item mendesak dibenahi, semisal kebersihan kawasan wisata dan penataan apik secara natural telah menjadi kebutuhan penting,
Kita akan mengurut dada jika berkunjung ke lokasi seperti pantai Nirwana yang semrawut, sampah berserakan bukan saja di pinggir jalan, namun bahkan di sekitar tempat berenang, pecahan botol dan sampah plastik dll kerap dijumpai, terus tak nampak usaha pelestarian terhadap pepohonan yang tumbuh di sekitar.

Saat berada di pantai Nirwana, tak jelas, siapa pengelola pantai, sarana pendukung kompleks wisata yang mestinya ada tak tersedia, keamanan pun tak terjamin, tak sedikit di sore hari kita akan bertemu dengan orang yang pesta miras. Dengan begitu, strategi penggenjotan pembangunan wisata seperti apa yang tengah kita bangun? Sungguh para turis yang datang kehilangan berbagai momen keindahan yang dapat di abadikan sebagai kenang-kenangan. Padahal lazimnya dalam pemasaran pariwisata modern, para penyedia layanan semakin dituntut untuk menyuguhkan kenyamanan yang tak didapati di daerah lain, para wisatawan yang berkunjung bukan hanya ingin menghabiskan waktu luang saja, namun juga hendak menikmati segala yang khas dari pantai tropis di Bau-Bau, ya.. mereka ingin membeli suasana. Sama seperti ketika kelas menengah di kota besar rela membayar mahal untuk segelas kopi di café-cafe yang terletak di tengah mal atau pusat perbelanjaan kota. Mereka berani membayar mahal untuk suasana yang berbeda tadi. Trend manusia modern cenderung bergerak untuk menikmati detail dan kesempurnaan rasa, itulah alasan mengapa tak sedikit yang rela menghabiskan uang untuk hal-hal yang belum pernah atau jarang mereka saksikan.
Keprihatinan serupa terlihat pula di benteng keraton Buton, sebagai situs budaya peninggalan kesultanan Buton, menyisakan sejumlah kekhawatiran, terutama pada kegiatan renovasi yang terkesan berlebihan dan tak dibutuhkan, bagi upaya pelestarian situs sejarah yang benar-benar otentik, penambahan taman dengan aneka ragam patung, rumah-rumahan dan atribut lain pada halaman depan benteng, sepanjang jalur jalan mendaki, mulai dari lokasi ‘Jaraijo’ ke bawah hingga masuk pada pintu gerbang utama; berdampak pada kekhawatiran serius betapa, kita tanpa sadar telah merusak keaslian situs ini, parahnya lagi, aksi ini diklaim sebagai upaya untuk mempercantik benteng. Menanam pohon boleh saja, bahkan dianjurkan, namun menambahkan sejumlah bangunan yang tidak perlu justru telah mengaburkan otentisitas sejarah yang sekuat tenaga kita jaga dan pelihara.
Hal yang menimpa benteng Keraton Buton, seperti keteledoran menimbun areal dalam benteng pada beberapa titik, menimbulkan kesan bahwa tinggi tembok berkurang, atau penutupan halaman depan Mesjid Agung dengan paving blok, kawasan tiang bendera ’Kasulaana Tombi’ yang ditutupi semen, hingga pembangunan tempat parkir di sekitar Mesjid Agung, adalah tindakan yang mempertontonkan kelucuan kita dalam menjaga situs sejarah yang amat monumental ini. Mestinya sebagai peninggalan leluhur, sedapat mungkin kita jangan menambahkan sesuatu yang dapat merubah wajah aslinya. Saya pikir, ketika keaslian Benteng termasuk rumah-rumah dalam benteng diusahakan tetap terbuat dari kayu misalnya, niscaya akan menjadi magnet bagi wisatawan yang ingin menyaksikan dari dekat peninggalan sejarah tadi.

*anggota BHC


1 komentar:

caninus mengatakan...

Kpn terakhir ke Baus?????
Tdk sperti yg dgmbrkan..
Baus semakin cantik...yah stidkx sampai 13jan09...BausQ masih n insyaAllah akan slalu SEMERBAK.
Jgn trll jauh memikirkn bgmn cr mngundang wisatawn kBaus...Pintr2 mlihat dan mnilai keindahan Baus skrng ajah dl...
Buka mata,Buka telinga,Buka hati...